Biologi
Medik
“Kelainan Sperma”
Disusun oleh:
Merysta Galuh P (A102.10.045)
Putrie Prameswari (A102.10.050)
Rida Umami
(A102.10.053)
Rindy Nur R
(A.102.10.056)
Siti Nur Hidayati (A102.10.061)
Yunika Sapta M (A102.10.072)
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah Biologi Medik yang berjudul Kelainan Sperma.
Disusunnya
makalah ini adalah sebagai upaya pertama, untuk mempelajari tentang Kelainan
Sperma. Kedua, untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen mata kuliah Biologi
Medik.
Tak
ada gading yang tak retak kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini dalam penyusunannya. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun menuju perbaikan
sangat kami harapkan.
Surakarta,
November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang........................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah...................................................................................................... 1
C.
Tujuan
Penulisan........................................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Spermatogenesis......................................................................................................... 4
B.
Struktur
Sel Sperma................................................................................................... 6
C.
Kelainan
Sperma........................................................................................................ 8
D.
Analisis
sperma......................................................................................................... 11
E.
Faktor
yang Mempengaruhi Sperma Berkualitas..................................................... 18
BAB
III PENUTUP........................................................................................................... 22
DAFTAR
ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Reproduksi adalah kemampuan mahluk hidup
untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan
jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manusia, untuk
menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi.
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dengan sel telur di
tuba falopi. Kemandulan pria adalah suatu kondisi dimana seorang pria tidak
mampu membuahi sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Penyebab kemandulan
pria sering dihubungkan dengan kualitas sperma yang buruk.
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa
berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti benih dan mahluk hidup. Sel sperma
adalah sel dari sistem reproduksi pria. Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot
adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio.
Peran aktif sperma adalah sebagai gamet jantan sehingga penting pada
keberhasilan munculnya individu baru.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
proses spermatogenesis?
2.
Bagaimana
struktur sel sperma?
3.
Bagaimana
kelainan pada sel sperma?
4.
Bagaimana
Analisis pada sperma?
5.
Apa
yang mempengaruhi kualitas sperma yang baik?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui proses spermatogenesis
2.
Untuk
mengetahui struktur sel sperma
3.
Untuk
mengetahui kelainan pada sel sperma
4.
Untuk
mengetahui analisis pada sperma
5.
Untuk
mengetahui yang mempengaruhi kualitas sperma yang baik
BAB II
PEMBAHASAN
Sperma atau disebut juga spermatozoa adalah
sel gamet dari laki-laki yang bertugas membuahi sel terlur wanita agar
pembuahan dan kehamilan terjadi. Bisa di katakan bahwa sel spermatozoa adalah
penentu kesuburan pada pria, jika sel tersebut normal maka kehamilan besar
kemungkinan akan terjadi, tetapi jika terjadi gangguan pada sperma maka
pembuahan kecil kemungkinan dapat terjadi, sehingga penyebab inilah yeng
mengakibatkan pria mandul.
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat
ejakulasi sewaktu senggama disebut dengan cairan semen. Volume cairan semen
normal sekitar 2-5ml. Kecuali sel-sel spermatozoa, dalam cairan semen ini
terdapat zat-zat lain yang berasal dari kelenjar-kelenjar sekitar reproduksi
pria. Zat-zat itu berfungsi menyuplai makanan dan mempertahankan kualitas
spermatozoa sehingga bisa bertahan hidup sampai masuk ke dalam saluran
reproduksi wanita. Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh testis, sedangkan
cairan seminal diproduksi oleh kelenjar tambahan di sepanjang saluran
reproduksi pria, yaitu kelenjar vesikula seminalis, prostat, kelenjar bulbo
urethralis dan kelenjar urethra.
Salah satu kriteria kesuburan pria menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah terdapat 15 juta ekor sperma dalam setiap
mililiter cairan mani. Jika ada kelainan jumlah, bisa dikatakan pria tersebut
mengalami gangguan kesuburan.
A. Spermatogenesis
Spermatogenesis, artinya proses pembentukan sperma.
Proses ini terjadi di dalam alat genital pria, yakni testis. Pembentukan sperma
ini dimulai pada saat pubertas, ketika produksi hormon gonadotropin sudah cukup
maksimal untuk merangsang pembentukan spermatozoa.
Pada
mulanya, diwaktu masih dalam kandungan, sel-sel germinal primordial tampak pada
tingkat perkembangan yang dini di antara sel endoderm di dinding kantung kuning
telur di dekat allantois. Kemudian pada minggu ke-3 masa janin, mereka akan bermigrasi
ke rigi urogenital yang saat itu tumbuh di daerah lumbal. Semenjak dari dalam
kandungan sampai masa pubertas nanti, sel-sel germinal primordial ini akan
mengalami fase istirahat, sampai suatu saat ketika lumen tubulus seminiferus
telah sempurna dibentuk pada pubertas, mereka akan berdiferensiasi menjadi
spermatogonia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, spermatogonia itu berasal dari
sel-sel germinal primordial tersebut.
Spermatogonia tipe A adalah spermatogonia awal yang
dibentuk. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, saat ini diketahui bahwa
spermatogonia tipe A ini akan mengalami serangkaian fase pembelahan secara
mitosis, dan akhirnya membentuk spermatogonia tipe B. Spermatogonia tipe B ini
kemudian yang akan bergerak ke lumen, termodifikasi dan membesar membentuk
spermatosit primer. Spermatosit primer nantinya akan semakin ke arah lumen
sambil membelah secara miosis menjadi spermatosit sekunder. Pada fase miosis
pertama ini (atau miosis I), proses yang berlangsung cukup lama adalah pada
tahap profase I, yakni sekitar 22 hari. Sedangkan proses selanjutnya yakni
metafase, anafase dan telofase berlangsung dengan cepat.
Setelah terbentuk spermatosit sekunder, alamiahnya ia
akan langsung membelah kembali secara miosis (atau miosis II) menjadi spermatid.
(Inilah mengapa secara histologis sel spermatosit sekunder jarang ditemukan
dalam preparat histologi). Spermatid yang dihasilkan sekarang telah haploid,
atau memiliki setengah dari kromosom induknya (spermatosit primer).
Langkah selanjutnya adalah tahap dimana spermatid
berdiferensiasi menjadi spermatozoa. Proses ini secara keseluruhan dikenal
dengan spermiogenesis. Spermiogenesis terdiri dari empat tahapan:
- Pembentukan akrosom, yaitu pelindung kepala sperma yang menutupi separuh permukaan nukleus sperma dan berisi enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus lapisan-lapisan sel telur pada saat fertilisasi. (contohnya, enzim hyaluronidase dan proteolitik).
- pemadatan inti atau kondensasi nukleus.
- pembentukan leher, badan tengah dan ekor dari sperma
- penglepasan sitoplasma yang tersisa menjadi bahan residu yang kemudian difagosit oleh sel sertoli.
Hasil
akhir dari spermatogensis adalah spermatozoa yang haploid (n), dimana 1
spermatosit primer menghasilkan 4 spermatozoa. Proses ini berlangsung di dalam
testis lebih kurang selama 64 hari, dimana sebenarnya spermatozoa yang
terbentuk adalah sekitar 300 juta sel spermatoza baru setiap hari.
Proses diatas
sesungguhnya didukung oleh peranan sel-sel lain yang ada di dalam testis. Sel
sertoli berguna untuk men-support dan melindungi sel benih, menutrisinya
dan berperan dalam pelepasan sel sperma yang telah matur. Sedangkan sel leydig
menghasilkan testosteron yang berfungsi bersama-sama dengan sel sertoli untuk
menjadi pemicu awal proses spermatogenesis.
B. Struktur Sel Sperma
Spermatozoa merupakan sel yang sangat
terspesialisasi dan padat yang tidak lagi mengalami pembelahan atau
pertumbuhan, berasal dari gonosit yang menjadi spermatongium, spermatosit
primer dan sekunder dan selanjutnya berubah menjadi spermatid dan akhirnya
berubah menjadi spermatozoa. Sperma dewasa ini mempunyai ukuran panjang
keseluruhan 50-60 mikrometer yang terdiri atas dua bagian fungsional yang
penting yaitu kepala dan ekor.
1.
Kepala
Kepala spermatozoa bentuknya bulat telur
dengan panjang 4-5 mikrometer, lebar 2.5-3.5 mikrometer, dengan rasio antara
panjang dan lebar yaitu 1.50-1.75 yang terutama dibentuk oleh nukleus berisi
bahan-bahan sifat penurunan ayah. Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian
ujung kepala pada bagian anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu
struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala
dan mengandung beberapa enzim hidrolitik antara lain: hyaluronidase,
proakrosin, akrosin, esterase, asam hidrolase dan corona penetrating enzim
untuk menembus ovum pada saat fertilisasi.
Bahan kandungan akromosom adalah setengah
padat yang dikelilingi oleh membran akrosom yang terdiri dari dua lapis, yaitu
membran akrosom dalam (inner acrosomal membran) dan membran akrosom luar (outer
acrosomal membran). Secara molekuler susunan kedua membran akrosom ini sangat
berbeda, membran akrosom luar bersatu dengan plasma membran (membran
spermatozoa) pada saat terjadinya reaksi akrosom sedang membran akrosom
menghilang. Bagian ekuatorial akrosom merupakan bagian penting pada
spermatozoa, hal ini karena bagian anterior pada akrosom ini yang mengawali
penggabungan dengan membran oosit pada proses fertilisasi berubah menjadi
spermatid dan akhrinya berubah menjadi spermatozoa.
2.
Ekor
Ekor dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu
sebagai berikut:
a.
Bagian
tengah (midpiece)
b.
Bagian
utama (principle piece)
c.
Bagian
ujung (endpiece)
Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron
dengan diameter yang makin ke ujung makin kecil: di depan 1 mikron, di ujung
0.1 mikron. Panjang bagian tengah: 5-7 mikron, tebal 1 mikron; bagian utama
panjang 45 mikron, tebal 0.5 mikron dan tebal 0.3 mikron. Mitokondria sebagai
pembangkit energi pada spermatozoa. Principle piece dibungkus oleh sarung
fibrous yang perbatasannya disebut anulus. Sarung fibrous bentuknya terdiri
dari kolom ventral dan dorsal yang masing-masing melalui rusuk-rusuk. Ke arah
sentral ada semacam tonjolan yang memegangi cincin dari aksonema. Keduanya
memberikan gerak tertentu
C. Kelainan
Pada Sel Sperma
1.
Jumlah
sperma
Cairan yang dikeluarkan pria pada saat
ejakulasi sewaktu senggama disebut cairan semen. Volume normal cairan semen
sekitar 2-5 ml. Cairan semen ini berwarna putih mutiara dan berbau khas bunga
akasia dengan pH 7-8. Volume cairan semen dianggap rendah, volume semen yang
melebihi 5ml juga dianggap abnormal. Dalam cairan semen nilah jumlah
spermatozoa merupakan penentu keberhasilan dalam memperoleh keturunan. Yang
normal, jumlah spermatozoa sekitar 20juta/ml.
a.
Azoospermia
Jenis
kelainan di mana tidak di temukan adanya sel sperma dalam semen atau air mani
pada saat pria mengalami ejakulasi. Gangguan ini terjadi akibat adanya
penyumbatan di vas deverens sehingga sperma tidak bisa keluar dan bercampur
denagn air mani. Penyebab lain yang mungkin terjadi adalah testis gagal dalam
memproduksi sperma. Karena tidak ada benih yang di keluarkan saat berejakulasi
maka pria azoospermia tidak bisa menghamili istrinya. Meskipun kondisi tersebut
tidak selalu di berarti mandul, terutama jika testis penderita masih bisa memproduksi
sperma. Kecualiu jika organ reproduksi tersebut telah rusak maka keadaan inilah
yang menyebabkan pria di katakan mandul.
b. Oligospermia
Oligosperma ini
adalah jenis kelainan di mana jumlah sel sperma sangat sedikit atau kurang dari
kadar normal dalam air mani. Dalam setiap 1 ml air mani seharusnya terdapat 20
juta sel sperma, kurang dari jumlah itulah yang di sebut oligospermia. Para
dokter meyakini bahwa perubahan pola hidup dan mengurangi stress dapat
meningkatkan jumlah sperma. Oligospermia ini juga dapat menyebabkan pria mandul
jika di biarkan tanpa pengobatan dan tidak mempedulikan pola makan dan gaya
hidup.
c. Asthenozoospermia
Gangguan
sperma ini merupakan gerakan sperma yang rendah, kondisi ini terjadi jika
sperma yang di keluarkan oleh pria saat ejakulasi tidak memiliki kekuatan untuk
berenang dengann cepat melalui lapisan mukosa rahim menuju ovarium untuk membuahi
sel telur. Gerakan sperma sendiri sebenarnya bermacam-macam, dari jutaan sel
yang di ejakulasi seorang pria, beberapa sperma dapat bergerak cepat dan
lincah, sementara yang lain bergerak lambat dan berkelok-kelok. Jika jumlah
sperma yang bergerak cepat kurang dari standar normalnya maka itulah yang di
maksud dengan Asthenozoospermia.
d. Teratorspermia
kondisi
di mana bentuk sperma abnormal sangat banyak dan jumlah morfologi sperma normal
kurang dari 30%. Adanya kelainan hormonal dan kelainan pada testis infeksi
turut mempengaruhi morfologi sperma.
2.
Kelainan
bentuk (morfologi)
Sperma yang normal berbentuk sepert kecebong.
Terdiri dari kepala, leher dan ekor. Kelainan seperti kepala kecil atau tak
memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan sperma yang akan mempersulit sel
sperma mencapai sel telur.
Istilah-istilah yang dipakai pada bentuk yang abnormal
adalah :
- Makro : 25 % > kepala normal
- Mikro : 25 % < kepala normal
- Taper : kurus, lebar kepala ½ yang normal, tidak jelas batas akrosom, memberi gambaran cerutu
- Piri : memberi gambaran ”tetesan air mata”
- Amorf : Bentuk kepala yg ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom
- Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom
- Piri : tidak jelas adanya kepala yang nyata, tampak midpiece dan ekor saja
- Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah
- Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda
3.
Pergerakan
lemah
Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus mampu
melakukan perjalanan panjang. Ini pun menjadi penentu terjadinya pembuahan.
Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang normal,
membuat sel sperma tak akan mencapai sel telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya
sedikit namun pergerakannya cepat, bisa mencapai sel telur. Kasus lemahnya
pergerakan sperma (asthenozoospermia) kerap dijumpai. Adakalanya malah
spermatozoa mati (necrozoospermia). Gerakan sperma dibagi dalam 4 kategori,
yaitu:
a.
Bergerak cepat dan maju
lurus
b.
Bergerak lambat dan
sullit maju lurus
c.
Tak bergerak maju
(bergerak di tempat)
d.
Tak bergerak
Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal
dengan kategori a lebih besar atau sama dengan 25% atau kategori b lebih besar
atau sama dengan 50%.
Spermatozoa yang normal satu sama lain terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing-masing. Dalam keadaan tertentu, spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama lain dan tak bergerak. Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi, Aglutinasi dapat terjadi karena terjadi kelainan imunologis di mana sel telur menolak sel sperma.
Spermatozoa yang normal satu sama lain terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing-masing. Dalam keadaan tertentu, spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama lain dan tak bergerak. Keadaan tersebut dikatakan terjadi aglutinasi, Aglutinasi dapat terjadi karena terjadi kelainan imunologis di mana sel telur menolak sel sperma.
4.
Cairan Semen Terlalu
Kental
Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel
sperma sulit bergerak. Pembuahan pun menjadi lebih sulit karena sel sperma tak
berhasil mencapau sel telur. Pada kasus normal, saat diejakulasikan, cairan
semen dalam bentuk yang kental akan mencair antara 15-30 menit.
5. Saluran Tersumbat
Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis
melalui saluran-saluran yang sangat halus. Jika saluran-saluran itu tersumbat,
maka sperma tidak dapat keluar. Umumnya hal ini disebabkan trauma pada
benturan. Bisa juga karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin sehingga
menyuburkan kehidupan virus atau bakteri.
6. Kerusakan Testis
Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi
seperti gonorhoe, sifilis dan sebagainya. Untuk diketahui, testis merupakan
pabrik sperma. Dengan demikian kesehatannya harus dijaga karena testis yang
sehat akan menghasilkan sperma yang baik secara kualitas dan kuantitas. Testis
ini sangat sensitif. Mudah sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor luar. Jika
testis terganggu, produksi sperma bisa terganggu. Mungkin saat berhubungan,
pria tetap mengeluarkan sperma. Hanya saja tanpa sperma (Azoospermia).
D. Analisis sperma
Analisis
Sperma adalah suatu pemeriksaan yang penting untuk menilai fungsi organ
reproduksi pria (untuk mengetahui apakah seorang pria fertil atau infertil).
Semen harus diperiksa dari seluruh ejakulat. Karena itu mengambilnya dari tubuh
harus dengan masturbasi atau coitus interuptus ( bersetubuh dan waktu
ejakulasi,persetubuhan dihentikan dan mani ditampung semua). Ada juga
bersetubuh dengan menggunakan kondom khusus. Sebelum melakukan pemeriksaan
disarankan untuk berpuasa bersetubuh ( abstinensi ) terbaik sekitar 3-5 hari. Pemeriksaan
semen terbaik selambatnya sejam sesudah ejakulasi.
Pemeriksaan
analisis semen (air mani) merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan
pada pasangan infertilitas. Berdasarkan literatur, 25% penyebab infertilitas
adalah pada pihak laki-laki, yakni gangguan pada kualitas spermatozoa.
Pemeriksaan tersebut antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Persiapan
- Penampungan air mani sebaiknya dilakukan di ruangan privat dekat laboratorium, agar mengurangi paparan semen terhadap perubahan suhu dan untuk mengontrol waktu antara penampungan dan analisis. Jika pasien menampung di rumah, maka harus dikirim ke laboratorium segera dalam waktu kurang dari 1 jam, dan dalam suhu 20-37 C.
- Sampel ditampung setelah abstinensia seksual (tidak mengeluarkan sperma) minimal 2 hari dan maksimal 7 hari.
- Informasi biodata pasien harus lengkap: nama, tempat tanggal lahir, waktu pengumpulan, dan sebagainya.
2. Penampungan semen
- Air mani ditampung dengan jalan masturbasi dan diejakulasikan langsung ke dalam botol gelas bersih dan steril yang bermulut lebar, terbuat dari kaca ataupun plastik yang telah dikonfirmasi tidak toksik terhadap spermatozoa.
- Botol spesimen sebelumnya dijaga dalam suhu lingkungan antara 20 C dan 37 C untuk mencegah perubahan suhu yang besar yang dapat mempengaruhi spermatozoa setelah diejakulasikan ke dalamnya. Kontainer harus dilabel dengan biodata pasien.
- Botol spesimen diletakkan di tempatnya atau dalam inkubator (37 C) selama semen berlikuefaksi.
3. Analisis mikrobiologi
- Kontaminasi dari sumber yang berasal dari luar semen (seperti organisme komensal dari kulit) harus dihindari. Selain alat kontainer spesimen harus steril, pasien harus: buang air kecil terlebih dahulu, mencuci tangan dan penis dengan sabun, mencuci bersih sabun yang masih menempel, mengeringkan tangan dan penis dengan handuk, lalu ejakulasikan air mani ke kontainer steril.
Hal-hal yang diperiksa dari regimen air mani antara lain
sebagai berikut:
1. Koagulasi dan likuefaksi
Koagulasi adalah proses perubahan
air mani yang sebelumnya dalam bentuk cair menjadi berbentuk “agar” atau
koagulum dengan segera, sedangkan likuefaksi adalah perubahan air mani menjadi
cairan yang agak pekat/ tipis dalam 5 – 20 menit agar memungkinkan spermatozoa
bergerak dengan leluasa. Proses koagulasi dan likuefaksi ini diatur oleh enzim.
Suatu faktor likuefaksi merupakan enzim proteolitik dengan berat molekul 33.000
yang terbukti dapat melikuefaksikan air mani.
WHO 2010: Normal –> waktu likuefaksi: 15 – 60 menit. Jika
> 60 menit masih tidak berlikuefaksi, maka dikatakan memanjang (delayed
liquefaction).
2. Viskositas
Viskositas sampel dapat diperkirakan
dengan mengaspirasi sampel ke dalam sebuah pipet pastik disposable
(dengan diameter lebih kurang 1,5 mm), kemudian membiarkan semen menetes oleh
gravitasi dan kemudian mengamati panjang benang yang terbentuk saat menetes.
Normalnya sampel menetes dalam tetesan yang kecil, jika viskositasnya abnormal,
tetesannya akan membentuk benang lebih dari 2 cm.
Viskositas yang tinggi dapat mengganggu motitlitas sperma,
konsentrasi sperma, pendeteksian antibodi-spermatozoa dan marker biokimia pada
pemeriksaan semen.
WHO 2010: Normal –> viskositas semen < 2 cm.
3. Rupa dan Bau
Air mani yang baru diejakulasikan
rupanya putih-kelabu seperti agar-agar. Setelah berlikuefaksi menjadi cairan,
kelihatannya jernih atau keruh, tergantung dari spermatozoa yang dikandungnya.
Baunya khas, langu, seperti bau bunga akasia. Tampilannya dapat kurang opak
jika konsentrasi sperma sangat rendah, warna juga bisa berbeda, misalnya
merah-kecoklatan jika ada sel darah merah (hemospermia), atau kekuningan pada
laki-laki yang menderita jaundice atau mengonsumsi beberapa vitamin atau
obat-obatan.
WHO 2010: Normal –> warna semen putih-keabu-abuan
(grey-opalescent) homogen, bau khas.
4. Volume
Setelah abstinensia selama 3 hari,
volume air mani berkisar antara 2,0 – 5,0 ml. Volume kurang dari 1 ml atau
lebih dari 5 ml biasanya disertai kadar spermatozoa yang rendah. Jika volume
air mani rendah, ia tidak akan cukup menggenangi lendir yang menjulur dari
serviks, sehingga dapat menimbulkan masalah infertilitas. Volume semen yang
rendah memungkinkan adanya obstruksi pada duktus ejakulatorius atau adanya
congenital bilateral absence of the vas deferens (CBAVD), ejakulasi retrograde
parsial atau defisiensi androgen.
WHO 2010: Normal –> volume semen > 1,5 ml.
5. pH
Air mani yang baru diejakulasikan
pH-nya berkisar antara 7,3 – 7,7, yang bila dibiarkan lebih lama akan meningkat
karena penguapan CO2-nya. Jika pH lebih dari 8, hal itu mungkin disebabkan oleh
peradangan akut kelenjar atau saluran genital, sedangkan pH yang kurang dari
7,2 mungkin disebabkan oleh peradangan kronis kelenjar tersebut.
Menurut WHO, pemeriksaan pH semen dilakukan setelah
terjadinya proses likuefaksi, sekitar 30 menit setelah lukefaksi.
WHO 2010: Normal –> pH semen > 7,2
Catatan: pH semen akan meningkan seiring waktu karena buffer
alamiahnya berkurang, namun pH yang tinggi hanya memberikan informasi yang
bernilai kecil secara klinis.
6. Fruktosa
Fruktosa air mani adalah hasil
vesikula seminalis yang menunjukkan adanya rangsangan androgen. Fruktosa
terdapat pada semua air mani, kecuali pada:
- azoospermia, karena tidak terbentuknya kedua vas deferens. Air maninya tidak berkoagulasi segera setelah ejakulasi, karena vesikula seminalisnya pun tidak terbentuk.
- kedua duktus ejakulatoriusnya menutup.
- keadaan luar biasa dari ejakulasi retrograd, dimana sebagian kecil ejakulat yang tidak mengandung spermatozoa sempat keluar.
WHO 2010: Normal –> fruktosa > 13
mikromol/ejakulasi
Catatan: Waktu antara pengambilan sampel semen dengan mulai
pemeriksaan di laboratorium tidak lebih dari 3 jam.
Pemeriksaan sperma:
1. Pemeriksaan
Mikroskopis
Pemeriksaan awal secara mikroskopis
memakai mikroskop dengan pembesaran total 100x. Yang dinilai dari pemeriksaan
awal antara lain:
- Aglutinasi, yakni terikatnya spermatozoa motil satu sama lain, baik kepala dengan kepala, ekor dengan ekor atau lain sebagainya. Hal ini akan menyebabkan gerakan spermatozoa yang kacau, tapi kadang-kadang spermatozoa terlalu teraglutinasi sehingga gerakannya terbatas.
- keberadaan sel-sel selain spermatozoa: seperti sel-sel epitel, leukosit, immature germ cell, dan potongan-potongan kepala atau ekor sperma yang terpisah.
WHO 2010: Normal –> aglutinasi (-), leukosit <
1 juta/ml, immature germ cell (-)
2. Konsentrasi spermatozoa
Menghitung
spermatozoa dalam air mani sama caranya dengan menghitung konsentrasi sel
darah. Cairan pengencernya ialah laturan George yang mengandung formalin 40%,
sehingga spermatozoa menjadi tidak bergerak karenanya. Untuk menghitung kadar
spermatozoa yang bergerak, dipakai larutan 0,9 NaCl, yang tidak membunuh
spermatozoa yang bergerak. Dengan demikian, yang dihitung hanyalah spermatozoa
yang tidak bergerak saja. Selisih antara perhitungan larutan pengencer George
dan 0,9 NaCl menghasilkan konsentrasi spermatozoa yang bergerak. Normalnya
lebih dari 15 juta sperma/ ml. Semakin rendah konsentrasi spermatozoa, semakin
kurang kemungkinan mengamilkannya.
WHO 2010: Normal –> Konsentrasi sperma > 15
juta/ml; Jumlah sperma total > 39 juta/ejakulasi.
3. Motilitas sperma
Setetes air mani ditempatkan pada
gelas objek, kemudian ditutup dengan gelas penutup. Presentase spermatozoa
motil ditaksir setelah memeriksa 25 lapangan pandang besar. Jenis motilitas
spermatozoa dibagi ke dalam skala 0 – 4, yakni sebagai berikut:
0 = gerakan ekor (-), kemajuan (-), arah (-), kecepatan (-)
1 = (+), (-), (-), (-)
1+ = (+), (+), (-), (-)
2 = (+), (+), lika-liku, lambat
2+ = (+), (+), lurus, lambat
3 = (+), (+), lurus, cepat
3+ = (+), (+), lurus, lebih cepat
4 = (+), (+), lurus, sangat cepat
Menurut WHO, Motilitas spermatozoa dikelompokkan menjadi
sebagai berikut:
- Progressive motility (PR): Spermatozoa bergerak bebas, baik lurus maupun lingkaran besar, dalam kecepatan apapun.
- Non-progressive motility (NP): semua jenis spermatozoa yang tidak memiliki kriteria progresif, seperti berenang dalam lingakran kecil, ekor/ flagel yang sulit menggerakkan kepala, atau hanya ekor saja yang bergerak.
- Immotility (IM): tidak bergerak sama sekali
WHO 2010: Normal:
- Progressive motility (PR) > 32%
- Total motility > 40%
4. Morfologi Sperma
Pemeriksaan morfologi sperma
menggunakan metode sediaan apus semen. kemudian menggunakan pewarnaan
papanicolaou, shorr atau diff-quik. Bentuk morfologi sperma normal antara lain
sebagai berikut:
- kepala harus mulus, garis konturnya teratur dan berbentuk oval. Terdapat bagian dinding akrosom menyelimuti 40-70% baigan kepala, tidak mengandung vakuol besar, atau lebih dari 2 vakuol kecil. Bagian di belakang akrosom tidak mengandung vakuol.
- Leher berbentuk ramping, teratur dan panjangnya sama dengan panjang kepala.
- Ekor berbentuk seragam sepanjang panjangnya, makin keujung makin menipis dibandingkan bagian leher, dan panjangnya kira-kira 45 mikron (lebih kurang 10 x panjang kepala), dan tidak bengkok.
WHO 2010: Normal–> morfologi sperma normal >
4%.
5. Vitalitas/ viabilitas Sperma
Vitalitas sperma menggambarkan
integritas membran sel spermatozoa agar mampu bertahan hidup. Vitalitas sperma
diperiksa segera setalah likuefaksi, sekitar 30-1 jam paska ejakulasi untuk
mencegah adanya efek penghancuran akibat dehidrasi atau akibat perubahan suhu
pada vitalitas. Pemeriksaan menggunakan pewarnaan eosin-nigrosin. Spermatozoa
hidup akan terlihat memiliki kepala berwarna putih atau pink terang, sedangkan
yang mati berwarna merah atau pink gelap.
WHO
2010: Normal –> vitalitas spermatozoa > 58%.
Dari interpretasi
inilah, awal masalah ketidaksuburan sebuah pasangan dapat terungkap. Dengan
demikian, dokter dan timnya akan dapat membuat suatu rencana pengobatan untuk
menjadi solusi ketidaksuburan seorang pria.
Apabila hasil
analisis sperma menyatakan nilai normal, kemungkinan besar penyebab
ketidaksuburan terdapat pada sang wanita. Oleh karena itu, analisis kesuburan
wanita dapat dijalankan sebagai langkah lanjut.
Berikut ini
beberapa hal yang akan diperiksa saat analisis sperma di lakukan:
·
Hitungan
sperma (sperm count). Angka yang normal untuk ini adalah 200 juta per
sentimeter kubik.
·
Kelincahan
gerak (motilitas). Uji ini, yang diberi nilai dari buruk sampai istimewa,
menyatakan tingkat aktivitas sperma. Jika sperma tidak bergerak, mereka tidak
dapat sampai ke telur.
·
Morfologi.
Ini memberi informasi tentang bentuk sperma anda. Bisa mikro (dalam hal ini
berarti terlalu kecil), bisa makro (dalam hal ini berarti terlalu besar).
Ukuran yang diharapkan adalah sedang.
·
pH.
Semen harus bersifat agak basa -7,0 hingga 8,5.
·
Viskositas.
Semen harus mudah dituang.
·
Volume.
Yang normal dalam hai ini adalah dua hingga lima sentimeter kubik (kira-kira 1/2
hingga 1 sendok teh).
E.
Faktor Yang Mempengaruhi Sperma Berkualitas
Sperma yang berkualitas tidak datang
dengan sendirinya. Banyak faktor luar tubuh yang berpengaruh. Ada beberapa
langkah sederhana yang dapat ditempuh atau dihindari untuk mendapatkan sperma
yang sehat.
·
Minum multivitamin
Mengkonsumi makanan atau suplemen yang
mengandung vitamin C, vitamin C , asam folat dan mineral, merupakan
nutrisi yang penting untuk menghasilkan produksi sperma dan fungsi
yang optimal.
·
Makan makanan kaya antioksidan
Makan banyak buah-buahan dan sayuran.
Makanan ini kaya antioksidan, yang dapat membantu meningkatkan kesehatan
sperma.
·
Pengelolaan stres
Stres dapat mengganggu hormon tertentu
yang diperlukan untuk memproduksi sperma. Stres juga dapat menurunkan fungsi seksual.
·
Lakukan olahraga secara teratur
Olahraga teratur baik untuk kesehatan
reproduksi dan kesehatan secara umum. Lakukan olah raga 3-5 kali per minggu
selama 30 menit. Jangan lakukan secara berlebihan karena malah dapat menurunkan
kualitas sperma.
·
Perhatikan berat badan Anda.
Terlalu banyak lemak tubuh dapat
mengganggu produksi hormon reproduksi, dapat mengurangi jumlah sperma dan
meningkatkan jumlah sperma yang abnormal.
·
Hindari Merokok
Dalam rokok terkandung ribuan zat yang
berbahaya. Merokok dapat menyebabkan sperma menjadi cacat, bergerak perlahan
dan jumlahnya sedikit. Selain itu, merokok dapat merusak DNA sperma Anda,
mungkin mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin hingga adanya risiko
terjadi kanker.
·
Hindari alkohol
Minum alkohol dapat mengurangi
kualitas dan kuantitas sperma. Jika Anda memilih untuk minum alkohol, membatasi
diri untuk tidak lebih dari satu atau dua takar sehari.
·
Hindari obat-obatan terlarang
Ganja (Marijuana) dapat menurunkan
gerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal. Kokain dan opiat
dapat berkontribusi untuk disfungsi ereksi.
·
Hindari paparan panas berlebihan
Hindari lingkungan kerja yang panas,
mandi di bathtub lebih dari 30 menit dalam air yang bersuhu ? 40 C, atau sauna.
Efek panas pada testis dapat menurunkan jumlah sperma Anda. Peningkatan
suhu skrotum juga dapat menurunkan produksi sperma. Celana ketat, Lama duduk
dan penggunaan komputer laptop secara langsung di pangkuan Anda bisa
meningkatkan suhu skrotum. Selain itu demam juga dapat mempengaruhi produksi
sperma dan kualitas.
·
Hindari bersepeda atau bersepeda motor terlalu lama
Duduk di kursi lebih dari 30 menit
setiap kali ditambah jika memakai celana pendek yang ketat dapat
meningkatkan suhu skrotum dan mempengaruhi produksi sperma. Sementara Anda
berkendara, seringlah berhenti untuk istirahat.
·
Hindari pelumas selama hubungan intim
Penggunaan pelumas, lotion bahkan air
liur dapat mengganggu gerakan sperma.
·
Hindari obat tertentu
Anabolic steroid, antibiotik dan
obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengendalikan penyakit kronis,
seperti tekanan darah tinggi atau penyakit inflamasi usus, dapat mengurangi
kesuburan Anda. Anti-androgen digunakan untuk mengobati pembesaran prostat dan
kanker dapat mengganggu produksi sperma. Selain itu, obat kemoterapi dan
pengobatan radiasi untuk kanker bisa menyebabkan kemandulan permanen.
·
Hati-hati terhadap racun.
Paparan terhadap bahan kimia seperti
pestisidam logam berat, limbah industri, zat kimia pelarut dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas sperma. Gunakan pakaian pelindung,
ventilasi yang tepat dan masker wajah untuk mengurangi risiko menyerap racun.
BAB
III
PENUTUP
Reproduksi adalah kemampuan mahluk hidup
untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan
jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manusia, untuk
menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi.
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dengan sel telur di
tuba falopi. Kemandulan pria adalah suatu kondisi dimana seorang pria tidak
mampu membuahi sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Penyebab kemandulan
pria sering dihubungkan dengan kualitas sperma yang buruk.
Kelainan
Pada Sel Sperma
A.
Jumlah
sperma
B.
Kelainan
bentuk (morfologi)
C.
Pergerakan
lemah
D. Cairan Semen Terlalu Kental
E. Saluran Tersumbat
F. Kerusakan Testis
DAFTAR PUSTAKA
NAFA.,
2002. Manual on Basic Semen Analysis. Hlm 19-20.
Schill,
wolf-bernhard et al., 2006. Andrology for the Clinician. Springer. Hlm
41.
Sono, onny pieters., 1978. Diktat Kuliah Analysa
Sperma. Biomedik FK Unair. Surabaya.
(unpublished). Hlm 13-14.
WHO.,
1999. WHO Laboratory Manual for the Examination of Human Semen and Sperm-
Cervical Mucus Interaction. Fourth Edition. Cambridge University Press. Hlm
19-22.
Wibisono,
Herman., 2006. Evaluasi Infertilitas Pria Menuju Program FIV dalam
Fertilisasi In Vitro dalam Praktek Klinik. Puspa Swara. Hlm 42.
0 komentar on "Hati-hati Kelainan Sperma!"
Posting Komentar